Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
1
Chatbot
Selamat datang, silahkan tanyakan sesuatu

Upland Project Dorong Kemitraan Korporasi Petani dan Pasar Secara Berkelanjutan

  • 18/12/2025 07:32:00
  • By : HumasLIP
  • 76
Upland Project Dorong Kemitraan Korporasi Petani dan Pasar Secara Berkelanjutan

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan)  terus memperkuat pembangunan pertanian di wilayah dataran tinggi melalui Program The Development of Integrated System in Upland Areas atau Upland Project. Program yang didukung Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) itu dirancang untuk membangun sistem agribisnis terpadu dari hulu hingga hilir, mencakup produksi, pengolahan, hingga pemasaran.

 

Direktur Jenderal Lahan dan Irigasi Pertanian (Dirjen LIP), Hermanto, mengatakan Upland Project menggabungkan kegiatan on-farm dan off-farm agar petani mampu meningkatkan produktivitas sekaligus terkoneksi dengan pasar. “Kita ingin petani di dataran tinggi memiliki usaha yang tangguh dan berkelanjutan, mulai dari budidaya hingga pemasaran,” ujar Hermanto, Jumat, 12 Desember 2025 dalam keterangan pers nya di kantor Ditjen LIP Jakarta.

 

Kegiatan on-farm, menurut Hermanto, difokuskan pada perbaikan infrastruktur pertanian, penyediaan sarana produksi, penerapan praktik budidaya baik, pelatihan, serta modernisasi alat dan mesin. “Sementara kegiatan off-farm menyasar penguatan hilir melalui diversifikasi usaha, pengolahan pascapanen, pembentukan korporasi petani, dan perluasan akses pembiayaan mikro serta pasar domestik maupun ekspor,” katanya.

 

Hingga kini, proyek ini berjalan di 14 kabupaten dengan melibatkan 82 kecamatan dan 384 desa. Sebanyak 251.981 petani tercatat sebagai penerima manfaat, termasuk 78.912 petani perempuan dan 76.893 petani muda. Mereka terhimpun dalam 1.586 kelompok tani, 13 gapoktan, 334 Kelompok Wanita Tani (KWT), dan 44 korporasi petani. Total serapan program telah mencapai Rp 1,3 triliun dari alokasi Rp 1,9 triliun hingga 2026.

 

Dana tersebut digunakan untuk membangun irigasi, embung, jalan usaha tani, gudang, packing house, sarana transportasi pertanian, serta penguatan kelembagaan petani. Termasuk di dalamnya pelatihan, pendampingan, serta program pengarusutamaan gender dan nutrisi bagi keluarga petani untuk menekan angka stunting di wilayah proyek.

 

Sedangkan untuk  memperkuat sisi hilir, kata Hermanto, Proyek Upland Kementan akan menggelar Workshop Kurasi Produk dan Temu Bisnis pada 12–14 Desember 2025 di Rich Hotel, Yogyakarta. “Menurut kami, Agenda  ini penting untuk melakukan standardisasi produk petani dataran tinggi agar dapat memenuhi kriteria pasar. Selain kurasi, sesi business matching mempertemukan korporasi petani dan KWT dengan calon pembeli atau off taker,” katanya.

 

Manager Proyek upland kementan, Ikhwan mengatakan bahwa Workshop di Yogyakarta merupakan lanjutan dari kegiatan serupa di Surabaya pada 2–4 Desember 2025. Di Surabaya, pertemuan bisnis menghasilkan 20 nota kesepahaman dengan melibatkan 27 korporasi petani, terutama produsen bawang merah, bawang putih, kentang, manggis, dan mangga.

 

Di Yogyakarta, sebanyak 14 perusahaan potensial buyer dijadwalkan hadir untuk menjajaki kemitraan. Adapun peserta dari sisi petani terdiri dari 15 korporasi petani asal Garut, Tasikmalaya, Banjarnegara, Purbalingga, Magelang, dan Gorontalo, membawa komoditas kopi, lada, kapulaga, beras organik, dan pisang gapi. Sebanyak 10 KWT turut serta membawa beragam produk olahan.

 

Menutup keterangan persnya, Dirjen Hermanto berharap kemitraan antara korporasi petani, KWT, dan pasar dapat membentuk ekosistem agribisnis dataran tinggi yang tangguh dan berkelanjutan. “Upland Project diharapkan menjadi role model pembangunan pertanian dataran tinggi yang inklusif dan menopang swasembada pangan,” jelasnya.

KATEGORI