Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
1
Chatbot
Selamat datang , silahkan tanyakan sesuatu

Sekjen Kementan Gelar Konsolidasi Malam Hari, Fokus Percepatan Program OPLAH dan Cetak Sawah

  • 26/05/2025 08:32:00
  • By : HumasLIP
  • 17
Sekjen Kementan Gelar Konsolidasi Malam Hari, Fokus Percepatan Program OPLAH dan Cetak Sawah

Jakarta, — Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Ali Jamil, MP, Ph.D., menggelar rapat konsolidasi percepatan pelaksanaan program Optimasi Lahan (OPLAH) dan Cetak Sawah pada Minggu malam (26/5) pukul 19.00 WIB melalui Zoom Meeting. Konsolidasi ini dilakukan sebagai tindak lanjut arahan Menteri Pertanian yang meminta pemantauan ketat terhadap progres di lapangan dan pencapaian hasil yang konkret.

Rapat virtual tersebut diikuti oleh 253 peserta dari berbagai unsur, antara lain Direktorat Jenderal Lahan dan Irigasi Pertanian (Dirjen LIP), Kepala Biro Perencanaan, Kapus Datin, Kapus Luhtan, direktur lingkup Dirjen LIP, Tenaga Ahli Menteri, serta Penanggung Jawab (PJ) program di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dan para Liaison Officer (LO).

Progres Optimasi Lahan: Fokus pada Kontrak dan SID

Rapat virtual kali ini di moderatori langsung oleh Dirjen LIP, Husnain, Ph.D. beliau mengatakan bahwa kita ingin mengupdate terkait dengan kegiatan OPLAH dan Cetak Sawah. Dimana nanti progresnya akan disampaikan oleh Direktur Pelindungan dan Optimasi Lahan (POL) dan Direktur Penyediaan Lahan (PL). “Secara umum, beliau menyampaikan untuk OPLAH yang tersedia anggarannya semuanya sudah kontrak SID. Namun masih kekurangan anggaran SID sebesar 24.000, hal ini masih menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan. Sedangkan semua yang sudah kontrak SID kita pacu untuk kontrak kontruksi’, tambah Husnain.

Direktur Pelindungan dan Optimasi Lahan (POL) memaparkan perkembangan kegiatan OPLAH, di mana dari target nasional 424.225 hektar (setelah revisi DIPA), sebanyak 335.288 hektar telah dikontrakkan atau sekitar 79%. Sementara itu, 88.635 hektar masih belum dikontrak. Progres Survei Investigasi Desain (SID) juga telah mencapai 85.081 hektar.

“Warna hijau pada tabel menunjukkan daerah yang telah menyelesaikan kontrak tahap 1, seperti Sumatera Barat, Lampung, dan Jawa Barat. Sedangkan warna ungu menandai daerah yang menunggu revisi DIPA tambahan SID, seperti Kalimantan Barat, Bangka Belitung, dan Sulawesi Barat,” jelasnya.

Sementara untuk konstruksi OPLAH, dari target 500 ribu hektar, 288.917 hektar telah dibuka blokir. Namun, realisasi kontrak baru mencapai 109.983 hektar (sekitar 38%). Masih terdapat 48.539 hektar yang telah memiliki SID namun belum dikontrakkan.

Tantangan Lapangan dan Harapan Percepatan

Berbagai kendala masih ditemukan di lapangan, terutama dalam pemutakhiran data CPCL (Calon Petani Calon Lokasi) yang belum valid secara sosial ekonomi maupun spasial. Sekjen menekankan pentingnya peran PJ daerah, dinas pertanian kabupaten, serta penyuluh lapangan dalam membimbing kelompok tani dan memastikan data spasial, SHP, dan poligon tersedia secara akurat.

Progres Cetak Sawah: 73.475 Hektar SID Telah Terkontrak

Direktur Penyediaan Lahan (PL), Geloria, menyampaikan bahwa dari target 225 ribu hektar untuk program cetak sawah, sebanyak 73.475 hektar telah menyelesaikan kontrak SID. Beberapa daerah yang menunjukkan progres signifikan antara lain Papua Selatan (20.000 ha), Kalimantan Selatan (30.000 ha), dan Sulawesi Selatan (4.875 ha).

Di Kalimantan Tengah, land clearing telah dilakukan seluas 5.513 hektar. Sedangkan olah lahan baru dimulai seluas 98 hektar. Proses percepatan terus dilakukan, termasuk rencana kontrak tambahan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

Arahan Sekjen: "Jangan Tunjukkan Saya Proses, Saya Mau Tanam"

Menutup rapat, Sekjen menegaskan bahwa hasil nyata berupa tanam harus menjadi fokus utama, bukan hanya laporan proses administrasi. “Bapak Menteri tidak ingin hanya melihat proses, beliau ingin ada hasil nyata, yaitu tanam,” tegas Ali Jamil.

Ia mengingatkan bahwa target optimasi lahan tahun 2024 adalah 400 ribu hektar, namun karena berbagai kendala teknis dan koordinasi, tersisa 351 ribu hektar yang bisa dikerjakan. Dari luasan tersebut, hanya sekitar 139 ribu hektar yang terpantau sudah siap tanam hingga Mei 2025.

Sekjen juga meminta agar semua PJ dan pengampu program di daerah memverifikasi dan mempercepat realisasi di lapangan. “Lokasi OPLAH seharusnya sudah jelas karena berada di Lahan Baku Sawah (LBS). Harusnya tidak ada alasan untuk tidak tahu di mana lokasi tanamnya,” pungkasnya.

Rapat diakhiri dengan harapan semua pihak dapat berkolaborasi secara aktif dan cepat untuk mempercepat pencapaian target produksi nasional melalui optimalisasi lahan dan program cetak sawah.