Banjar - Direktorat Pelindungan dan Optimasi Lahan, Direktorat Jenderal Lahan dan Irigasi Pertanian (Ditjen LIP), Kementerian Pertanian, menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya Jagung di Lahan Masam bertempat di Markas Komando (Mako) Brimob Provinsi Kalimantan Selatan (25/4).
Kegiatan strategis ini dibuka secara resmi oleh Kapolda Kalimantan Selatan, Irjen Pol Rosyanto Yudha Hermawan, S.I.K., S.H., M.H., yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas sinergi antara Kementerian Pertanian dan institusi TNI-Polri dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
“Pemanfaatan lahan tidur dan lahan masam merupakan langkah konkret yang harus kita dukung bersama. Sinergi TNI-Polri bersama Kementan menjadi kekuatan penting untuk menjamin keberhasilan program nasional swasembada pangan,” ujar Irjen Pol Rosyanto.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Plt. Direktur Jenderal Lahan dan Irigasi Pertanian, Husnain, Ph.D., yang turut didampingi oleh Direktur Pelindungan dan Optimasi Lahan, Brigjen Pol Andi Herindra Rahmawan. Kegiatan bimtek ini diikuti oleh 200 peserta yang berasal dari unsur Polri, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.
Dalam arahannya, Plt. Dirjen LIP Husnain, Ph.D., menyampaikan pentingnya pemanfaatan seluruh potensi lahan, termasuk lahan masam yang selama ini dianggap kurang produktif. Ia menegaskan bahwa pemanfaatan lahan marjinal merupakan bagian integral dari strategi nasional untuk mencapai kemandirian dan swasembada pangan.
“Lahan tidak boleh dibiarkan kosong. Semua lahan harus bisa ditanami, harus berproduksi. Budidaya jagung di lahan masam adalah salah satu solusinya. Dengan teknologi dan penanganan tepat, lahan masam bisa menghasilkan,” tegas Husnain.
Senada dengan itu, Brigjen Pol Andi Herindra Rahmawan menjelaskan bahwa Kalimantan Selatan memiliki potensi lahan masam yang cukup luas. Jika dioptimalkan, lahan-lahan ini bisa menjadi lumbung baru produksi jagung nasional.
“Bimtek ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan kapasitas teknis aparat teritorial dan kepolisian dalam mendukung pertanian. Kami percaya, dengan kolaborasi multi-sektor, lahan yang selama ini tidak tergarap bisa disulap menjadi sentra produksi pangan,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Brigjen Pol Andi juga menyerahkan bantuan berupa soil kit, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kesuburan atau hara tanah. Dengan penggunaan soil kit, para pendamping lapangan dan petani dapat mengetahui kondisi aktual tanah, sehingga dapat menentukan jenis dan dosis pupuk yang sesuai dengan kebutuhan spesifik lahan.
“Soil kit ini akan membantu proses pengambilan keputusan berbasis data lapangan. Kita ingin pemupukan lebih presisi, tidak boros, dan hasilnya optimal,” jelas tim teknis dari Dit. Pelindungan dan Optimasi Lahan.
Kegiatan ini juga memperkuat sinergi antara Kementerian Pertanian dengan TNI dan Polri dalam memperluas jangkauan pengembangan kawasan pertanian berbasis komoditas strategis nasional. Selain materi teknis budidaya, peserta juga menerima pemahaman terkait pengelolaan lahan masam, penyesuaian varietas jagung, serta teknik konservasi tanah dan air.
Dengan dilaksanakannya bimtek ini, Ditjen Lahan dan Irigasi berharap semakin banyak aktor lapangan yang mampu mengawal percepatan tanam di lahan non-konvensional, sebagai bagian dari solusi nyata menghadapi tantangan pangan nasional.